Senin, 08 April 2013

Hargai Anak Itu

TEMPO.COSurakarta--Ratusan anak dengan semangat mengikuti gerak jalan di area Hari Bebas Kendaraan di Surakarta, Minggu, 7 April 2013. Sekilas anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar tersebut tidak berbeda dengan anak kebanyakan.

Kecuali terkadang ada anak yang tiba-tiba berontak dan keluar dari barisan atau anak yang ikut gerak jalan tapi pandangannya mengarah ke tempat lain. Anak-anak yang ikut gerak jalan tersebut adalah anak berkebutuhan khusus, yaitu anak autis.

"Kami mengajak 200-an anak-anak untuk ikut gerak jalan di tengah aktivitas masyarakat saat car-free day. Sehingga anak-anak dapat belajar berinteraksi dengan dunia luar," kata ketua panitia acara Syafitri Pusparini di sela acara, Minggu, 7 April 2013. Kegiatan tersebut dalam rangka memperingati hari peduli autis sedunia yang jatuh pada 2 April 2013.

Tak hanya gerak jalan, anak-anak lantas diberi kesempatan menyanyi atau membaca Al Quran di panggung yang disediakan di kawasan Ngarsopuro. Tujuannya agar anak autis lebih percaya diri dan belajar menghadapi banyak orang.

Dia mengatakan selama ini anak autis cenderung dikurung oleh orang tuanya di rumah. Sehingga justru memperparah kondisinya. Karena itu orang tua seharusnya lebih banyak mengenalkan anaknya ke dunia luar. "Meski di masyarakat, keberadaan anak autis kadang menjadi bahan ejekan," katanya.

Dengan diajak gerak jalan dan penampilan di panggung, secara tidak langsung menunjukkan ke masyarakat bahwa anak autis punya prestasi dan kemampuan. "Jangan jadikan anak autis sebagai bahan olokan. Itu menyakiti perasaan si anak dan orang tuanya," ujarnya.

Bagi Asri Kurniawati, mendidik anaknya yang autis harus dengan ketegasan. Tanpa ketegasan, "Nanti akan tidak tahu aturan," katanya. Ridho Arta Rifai yang kini berumur 8 tahun masih menjalani terapi di sebuah yayasan.

Dia belum berencana memasukkan ke sekolah inklusi. Dia khawatir anaknya belum bisa berinteraksi dengan baik atau justru menjadi bahan candaan teman-teman sekolahnya. "Pernah beberapa kali diejek saat bermain di lingkungan rumah. Makanya sekarang saya batasi untuk ke luar rumah," ujar warga Cemani, Grogol, Sukoharjo ini. 


Ulasan:
Pernahkah kalian mengumpat kepada seseorang dengan kata "autis"? Sadarkah kalian kalau hal itu sungguh tidak manusiawi. Di dalam kehidupan masyarakat, pada umumnya anak-anak penderita autis mendapat perlakuan negatif. Anak autis memang kurang bisa bersikap normal seperti biasanya, tapi tahukah kalian bahwa mereka memiliki kemampuan yang lebih besar dari kita? Jawabannya ADA...dan banyak

Anak autis memerlukan penanganan khusus, di antaranya : 1. Komunikasi dan dukungan yang baik dari orangtua dan orang-orang terdekat, 2. Diikutsertakannya anak autis pada kegitan-kegiatan positif yang mengasah otak dan cara berinteraksi, 3. Konsultasikan dengan dokter atau pakar khusus, dsb.

Sumber:
http://www.tempo.co/read/news/2013/04/08/060471775/Jangan-Jadikan-Anak-Autis-Sebagai-Bahan-Ejekan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar