Kamis, 24 Januari 2013

Bentrok Sumbawa

Jakarta - Ketua DPR RI Marzuki Alie mengatakan, bentrok di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) seharusnya dijadikan momentum refleksi soal efektivitas perangkat adat dan agama dalam membangun harmoni.

Menurut Marzuki, persoalan-persoalan yang terjadi dalam konflik horizontal selalu membuat miris.

"Kenapa hal ini selalu saja terjadi. Artinya peran tokoh masyarakat dan tokoh agama bagaimana? Kelihatannya sudah mulai tidak banyak didengar sehingga terjadi konflik," kata Marzuki di Jakarta, Rabu (23/1).

Terlepas dari itu, Marzuki berharap agar bentrokan di NTB itu bisa segera diredakan. Aparat penegak hukum harus mengambil langkah-langkah terukur.

"Kepolisian harus respon cepat apabila terjadi konflik yang mengakibatkan korban kerugian yang besar," kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, sekitar 500 orang warga melakukan penyerangan secara spontan terhadap permukiman tertentu di Sumbawa Besar, ibukota Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB, yang dipicu oleh isu bernuansa Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA), Selasa, (22/1)sekitar pukul 13.30 WITA.

Dalam aksi penyerangan itu, sejumlah tempat ibadah agama tertentu dirusak massa yang termakan isu. Rumah dan toko pun di beberapa lokasi menjadi sasaran amukan warga, hingga beberapa rumah yang dihuni komunitas tertentu dibakar massa. Tak hanya itu, sejumlah kendaraan juga dirusak massa yang terbakar emosi.

Pengunjuk rasa didominasi oleh sanak keluarga dari Arniati, wanita yang dinyatakan tewas pada Sabtu malam lalu (16/1), yang dilaporkan akibat kecelakaan lalu lintas. Namun sanak keluarganya meragukan penyebab kematiannya, karena ditubuh korban ditemukan tanda-tanda kekerasan. Sebelum dinyatakan tewas, Arniati bersama pacarnya yang anggota polisi Brigadir I Gede Eka Swarjana, keluar bermalam Minggu, menggunakan sepeda motor dengan cara berboncengan.

Sanak keluarga Arniati mencurigai wanita muda itu dibunuh, bukan kecelakaan lalu lintas. Dan kecurigaan itu berkembang menjadi amarah ketika semakin banyak isu yang beredar, antara lain isu yang menyebutkan hasil visum ditemukan tanda-tanda kekerasan, yang dikait-kaitkan dengan kekerasan pada alat kelamin.
Sanak keluarga korban yang mendapat simpati dari warga lainnya, semakin marah ketika mendapat laporan dari pihak kepolisian kematian Arniati murni kecelakaan lalu lintas.



Ulasan :
Menurut saya, tidak perlulah menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Apalagi, sampai membawa kerugian kepada orang yang tidak bersalah. Penyerangan secara spontan ini juga tidak mungkin ada kalau tidak ada yang menyulut api kemarahan.
Solusi yang tepat untuk mengatasinya adalah dengan memunculkan pihak/kubu ketiga sebagai penengah antara pihak polisi dan masyarakat.


Sumber :
http://www.beritasatu.com/nusantara/93200-marzuki-bentrok-sumbawa-momentum-rerfleksi-tokoh-agama-dan-masyarakat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar