Nama : DEFITA ARYANI
Kelas : 2KA01
NPM : 11112802
TOU 2 : Kepemimpinan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepemimpinan diambil dari kata pimpin yang
artinya menuntun atau membimbing. Menurut buku
Kepemimpinan Dalam Organisasi (1998:2), kepemimpinan merupakan perilaku dari
aktivitas-aktivitas suatu kelompok yang dipimpin oleh seorang individu untuk
suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal). Jadi, kepemimpinan adalah cara menuntun atau
memimpin kelompok individu. Dalam organisasi, terkadang ketika mengalami
kegagalan atau keburukan, orang yang pertama kali disalahkan adalah pemimpin.
Kepemimpinan seorang ketua atau pemimpin akan dipertanyakan. Tetapi sebaliknya,
jika organisasi tersebut sukses atau mengalami peningkatan, orang lupa dengan
keberhasilan pemimpin untuk membimbing. Oleh karena itu, peran seorang pemimpin
dalam sebuah organisasi sangatlah penting untuk menggerakan anggota-anggota
organisasinya.
Menurut
pemikiran yang dikembangkan oleh Lewin, Lippitt, dan White terdapat tiga gaya
atau tipologi kepemimpinan, di antaranya :
i.
Otokratik
Kepemimpinan ini
menggunakan paksaan kepada anggotanya dan bersifat menghukum. Anggotanya hanya
dianggap sebagai alat pesuruh. Kebanyakan, tujuan pribadi pemimpin menjadi
tujuan organisasi. Pemimpin menganggap organisasi merupakan hak milik sendiri,
bukan untuk bersama. Pemerintahan ini pernah terjadi di Indonesia pada masa
Orde Baru pemerintahan bapak Soeharto yang menjabat sebagai presiden selama
lebih kurang 31 tahun. Contoh lainnya adalah mantan presiden Mesir Hosni
Mubarak.
ii.
Demokratik
Pemimpin memandang
semuanya “sama” bahkan dirinya tidak ingin terlalu dihormati berlebihan.
Kepentingan anggotalah yang diutamakan. Memberikan kesempatan kepada anggotanya
untuk menyalurkan pendapatnya. Setelah Reformasi, kepemimpinan di Indonesia
adalah demokrasi.
iii.
Laissez-faire
Anggota diberikan kebebasan penuh
dalam mengambil keputusan sehingga minim partisipasi dari pemimpin. Dikarenakan
minimnya partisipasi pemimpin, tipe ini bias berjalan apabila anggota
menunjukan peningkatan kompetensi dan keyakinan untuk mengejar tujuan
organisasi. Pemimpin hanya menentukan tujuan umum dan kebijaksanaan.
Peneliti
menemukan bahwa tipe-tipe kepemimpinan yang sangat bervariasi tersebut
tergantung pada situasi kepribadian dan tempat dari pemimpin, hal ini disebut
pendekatan situasional (situational
approach). Ada beberapa hal yang mempengaruhi keefektivan sebuah
organisasi, yaitu
i.
Sistem motivasi dari pemimpin, dan
ii.
Tingkat yang menyenangkan dari situasi
Berdasarkan
teori diatas, situasi kepemimpinan dibagi atas 3 jenis :
i.
Hubungan pemimpin-anggota
Dalam organisasi,
menjaga hubungan baik antar anggota atau antar pemimpin merupakan hal yang
penting. Mengapa? Karena untuk menjalankan tujuan utama, diperlukan kerjasama
dan komunikasi yang baik. Jika hubungan antar individunya sudah tidak baik,
maka akan terjadi perpecahan atau tujuan utama tidak akan berjalan dengan yang
direncanakan.
ii.
Struktur tugas
Penugasan yang memiliki
struktur yang jelas, tepat, dan baik akan menjadi lebih efektif dan cepat
terselesaikan dibandingkan dengan struktur tugas yang tidak jelas.
iii.
Posisi kekuasaan
Seorang pemimpin akan mempunyai
pengaruh dan kekuasaan lebih banyak dibandingkan dengan lainnya, hal ini
memungkinkan pemimpin untuk memberi hukuman atau penghargaan kepada anggotanya.
Implikasi manajerial adalah bagaimana meningkatkan
produktivitas dengan cara meningkatkan kapasitas, kualitas, efisiensi, dan
efektivitas dari sumber daya yang ada.[1] Untuk mengimplikasikan organisasi
manajerial dibutuhkan keteramalan dan kontrol, peranan lingkungan,
kesederhanaan dan kerumitan. Dengan keteramalan dan kontrol yang baik, dari pihak pemimpin maupun
anggotanya akan terjalin hubungan yang harmonis sehingga visi dan misi
organisasi dapat tercapai. Selain keteraturan di dalam organisasi, peranan lingkungan juga merupakan factor yang utama.
Tujuan dari organisasi adalah untuk mengimplementasikan yang sudah dikerjakan
ke dunia luar. Respons dari luarlah yang menjadi nilai keberhasilan suatu
organisasi. Sama seperti halnya kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda,
begitu juga dengan kerumitan adalah kesederhaan yang tertunda. Suatu organisasi
akan semakin bagus jika pekerjaan yang dikerjakan semakin detail. Hal ini
berarti pekerjaannya semakin kompleks. Oleh karena itu, untuk menyederhanakan
kekompleksitasan pekerjaan yaitu dengan kerjasama yang baik dengan sesama
anggota atau pimpinan dengan anggota. Dengan begitu pekerjaan akan terasa
ringan dan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
“Macam Gaya Kepemimpinan : Kepemimpinan Autokratis, Kepemimpinan Demokratis dan
Kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas)”, Jurnal Manajemen Bahan Kuliah
Manajemen, diakses dari http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/macam-gaya-kepemimpinan-kepemimpinan.html,
pada tanggal 15 April 2014 pukul 22.05.
Dian,
“Tipologi Kepemimpinan”, Alinea Alphabetica, diakses dari http://dian-ratnas.blogspot.com/2013/06/tipologi-kepemimpinan.html,
pada tanggal 15 April 2014 pukul 22.02.
Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2001. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Terjemahan Deddy Maulana M.A , Ph.D. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Salusu,
Prof. Dr. J. 1998. Pengambilan Keputusan
Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta :
Grasindo.
Yukl, Garl. 1998. Kepemimpinan
Dalam Organisasi (edisi ketiga), Terjemahan Yusuf Udaya. Jakarta : Victory
Jaya Abadi.
“Kamus Besar Bahasa Indonesia”, diakses dari http://kbbi.web.id/,
pada tanggal 15 April 2014 pukul 22.09.